TIMETODAY.ID – Ketika orang berpuasa karena menahan haus dan lapar tentunya dapat menyebabkan bau mulut.
Rasulullah saw bersabda bahwa aroma mulut orang yang berpuasa melebihi harum minyak misik.
Lalu apa maksud dan istilah aroma harum mulut orang puasa sebagaimana dikatakan dalam hadits tersebut?
Baca Juga: Gorengan Dijadikan Takjil untuk Berbuka Puasa, Memang Boleh?
Sebelum masuk ke dalam penjelasan para ulama, ada baiknya kami kutip hadits tersebut di awal.
والذي نَفْسي بيده لَخلوفُ فَمِ الصائِمِ أطيبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ المِسْكِ
Artinya, “Demi Allah, yang diriku dalam genggaman-Nya, sungguh aroma mulut orang puasa lebih harum di sisi Allah dari harum minyak misik,” (HR Malik, Ahmad, Bukhari, At-Thabarani).
Syekh Muhammad Nawawi Banten menghimpun ragam pandangan ulama perihal harum mulut orang puasa di sisi Allah dalam Kitab Tanqihul Qaulil Hatsits yang mensyarahi sejumlah kumpulan hadits karya Imam As-Suyuthi.
Baca Juga: Asal Usul Munculnya Fanous, Lentera Ramadan Khas Mesir
رِيْحُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ المِسْكِ عِنْدَكُمْ
Artinya, “Aroma mulut orang puasa lebih harum di sisi Allah dari harum minyak misik bagi kalian,” (Muhammad Nawawi Banten, Tanqihul Qaulil Hatsits, [Indonesia, Syirkah Maktabah: tanpa tahun], halaman 24).
Syekh Nawawi Banten menyebutkan bahwa sebagian ulama berpendapat maksud ayat tersebut adalah bahwa Allah membalas orang yang berpuasa di akhirat sehingga bau mulut orang puasa lebih harum dari minyak misik kelak.
Syekh Nawawi juga mengutip pandangan sebagian ulama yang mengatakan, orang yang berpuasa akan menerima pahala yang lebih utama dibanding minyak misik sebagai parfum istimewa.***
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News